Minggu, 03 September 2017
Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia adalah museum bank yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. Didirikan oleh Bank Indonesia dan dibuka pada tanggal 21/Juli/2009. Museum ini bertempat di sebuah bangunan bersejarah di Kota Tua Jakarta yang merupakan markas besar gulden Hindia Belanda (De Javasche bank), bank sentral Hindia Belanda. Bank tersebut dinasionalisasi sebagai Bank Indonesia pada tahun 1953, setelah Indonesia merdeka. Museum tutup pada hari Senin (termasuk hari libur) dan memiliki biaya masuk rp 5.000. Terletak di sebelah Museum Bank Mandiri.
De Javasche Bank dibentuk pada tahun 1828 sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda dan bertanggung jawab dalam menerbitkan Guldens Hindia Belanda. Bangunan itu berdiri di sebuah petak yang merupakan Rumah Sakit Dalam Rumah Tangga Batavia (dalam bahasa Belanda: "Binnenhospital" bernama "dalam" karena lokasinya berada di dalam tembok) yang dibangun pada awal abad ke-18 dan ditinggalkan pada tahun 1780, sebagai rumah sakit pusat dipindahkan ke Weltevreden. Bangunan itu dijual ke perusahaan dagang Mac Quoid Davidson & Co. pada tahun 1801, dan dibeli oleh bank De Javasche pada tahun 1831.
Bangunan rumah sakit tua itu dihancurkan pada awal 20 dan di lokasi gedung baru yang dirancang oleh Eduard Cuypers didirikan. Cuypers adalah seorang arsitek Belanda yang terkenal dan sangat antusias untuk bereksperimen dan memasukkan unsur-unsur asli Indonesia ke dalam rancangannya. Fasad depan bangunan ini selesai dibangun pada tahun 1909 di arsitektur Neo-Renaissance dengan ornamen Jawa pada detilnya. Pengadilan dalam negeri hanya diubah menjadi bentuknya yang sekarang setelah renovasi lagi di tahun 1926.
Bank tersebut melanjutkan sebagai bank sentral akting Indonesia selama pendudukan Jepang pada tahun 1942 dan setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Catatan pertama Rupiah dicetak pada tahun 1944 di bawah pengawasan Jepang, dalam upaya menasionalisasi identitasnya. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950, pemerintah Indonesia setuju untuk mempertahankan De Javasche Bank sebagai bank sentral Indonesia. Namun, dengan meningkatnya permusuhan antara kedua pihak, bank tersebut dinasionalisasi sebagai Bank Indonesia pada tahun 1953.
Pada tahun 1962 sebuah gedung kantor pusat bank sentral baru selesai dibangun, sehingga bangunan tua itu dibiarkan memburuk. Bangunan tersebut dipugar menjadi museum pada tahun 2006, dan dibuka secara resmi oleh presiden direktur Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli 2009.
De Javasche Bank dibentuk pada tahun 1828 sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda dan bertanggung jawab dalam menerbitkan Guldens Hindia Belanda. Bangunan itu berdiri di sebuah petak yang merupakan Rumah Sakit Dalam Rumah Tangga Batavia (dalam bahasa Belanda: "Binnenhospital" bernama "dalam" karena lokasinya berada di dalam tembok) yang dibangun pada awal abad ke-18 dan ditinggalkan pada tahun 1780, sebagai rumah sakit pusat dipindahkan ke Weltevreden. Bangunan itu dijual ke perusahaan dagang Mac Quoid Davidson & Co. pada tahun 1801, dan dibeli oleh bank De Javasche pada tahun 1831.
Bangunan rumah sakit tua itu dihancurkan pada awal 20 dan di lokasi gedung baru yang dirancang oleh Eduard Cuypers didirikan. Cuypers adalah seorang arsitek Belanda yang terkenal dan sangat antusias untuk bereksperimen dan memasukkan unsur-unsur asli Indonesia ke dalam rancangannya. Fasad depan bangunan ini selesai dibangun pada tahun 1909 di arsitektur Neo-Renaissance dengan ornamen Jawa pada detilnya. Pengadilan dalam negeri hanya diubah menjadi bentuknya yang sekarang setelah renovasi lagi di tahun 1926.
Bank tersebut melanjutkan sebagai bank sentral akting Indonesia selama pendudukan Jepang pada tahun 1942 dan setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Catatan pertama Rupiah dicetak pada tahun 1944 di bawah pengawasan Jepang, dalam upaya menasionalisasi identitasnya. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950, pemerintah Indonesia setuju untuk mempertahankan De Javasche Bank sebagai bank sentral Indonesia. Namun, dengan meningkatnya permusuhan antara kedua pihak, bank tersebut dinasionalisasi sebagai Bank Indonesia pada tahun 1953.
Pada tahun 1962 sebuah gedung kantor pusat bank sentral baru selesai dibangun, sehingga bangunan tua itu dibiarkan memburuk. Bangunan tersebut dipugar menjadi museum pada tahun 2006, dan dibuka secara resmi oleh presiden direktur Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli 2009.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar