Minggu, 03 September 2017
Museum Nasional Indonesia
Pada tanggal 24 April 1778, sekelompok intelektual Belanda mendirikan sebuah institusi ilmiah dengan nama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, (Royal Batavia Society of Arts and Sciences).Badan swasta ini bertujuan untuk mempromosikan penelitian di bidang seni dan sains, terutama dalam sejarah, arkeologi, etnografi dan fisika, dan mempublikasikan berbagai temuan.
Salah satu pendiri - JCM Radermacher - menyumbangkan sebuah bangunan dan koleksi benda dan buku budaya, yang sangat berharga untuk memulai sebuah museum dan perpustakaan untuk masyarakat. Karena koleksi yang berkembang, Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles membangun sebuah bangunan baru di Jalan Majapahit No. 3 pada awal abad ke-19 dan menamainya Komunitas Sastra. Pada tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun sebuah museum baru yang tidak hanya berfungsi sebagai kantor tapi juga bisa digunakan untuk menampung, melestarikan, dan menampilkan koleksi-koleksi tersebut.
Museum ini dibuka secara resmi pada tahun 1868 dan dikenal sebagai Gedung Gajah (Elephant Building) atau kadang-kadang disebut Gedung Arca (Rumah Patung). Itu disebut Gedung Gajah karena patung gajah perunggu di halaman depan - sebuah hadiah ke Batavia dari Raja Chulalongkorn dari Siam pada tahun 1871. Disebut juga oleh Gedung Arca karena berbagai macam patung dari berbagai periode dipajang di rumah. .
Peristyle (halaman dalam) Museum Nasional, menampilkan arsitektur Yunani Doric order.
Pada tahun 1931, koleksi museum diperlihatkan dalam pameran budaya dunia di Paris. Sayangnya, api di aula pameran menghancurkan paviliun pameran Hindia Belanda dan menghancurkan sebagian besar objek. Museum ini menerima beberapa uang asuransi sebagai kompensasi dan pada tahun berikutnya dana tersebut digunakan untuk membangun ruang keramik tua, ruang perunggu, dan kedua ruang harta karun di lantai dua.
Pada bulan Februari 1950 institusi tersebut menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan kemudian dikenal sebagai Museum sentral. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tanggal 28 Mei 1979 berganti nama menjadi Museum Nasional.
Pada tahun 2007, sebuah bangunan baru di sebelah utara bangunan yang ada dibuka, menampilkan banyak artefak dari zaman prasejarah hingga zaman modern. Bangunan baru ini, yang disebut Gedung Arca (Gedung Patung), menghadirkan sayap pameran baru. Bangunan tua itu dinamai Gedung Gajah .
Pada 11 September 2013, empat artefak emas berharga dari periode kerajaan Medang Timur abad ke-10 dicuri dari museum. Barang-barang itu pertama kali ditemukan di reruntuhan tempat pemandian kerajaan Jalatunda kuno dan di kuil-kuil di lereng Gunung Penanggungan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Keempat artefak yang hilang itu adalah plakat emas berbentuk naga, sebuah plakat emas berbentuk bulan sabit bertuliskan dan satu plakat Harimau emas-perak, serta sebuah kotak emas kecil. Semua barang yang hilang dipajang bersamaan di sebuah etalase kaca yang terletak di dalam artefak emas arkeologi dan ruang harta karun di lantai dua gedung Gedung Gajah (bangunan sayap tua).
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar